Recent Search
    You can send more Emoji when you create an account.
    Sign Up, Sign In

    teyvatmochi

    ☆quiet follow Send AirSkeb request Yell with Emoji 💖 👍 🎉 😍
    POIPOI 1

    teyvatmochi

    ☆quiet follow

    Modern AU; Alhaitham meets Kaveh the bunny; non-CP Alhaitham+Kaveh? Includes Hailumi. Paimon is Lumi's hamster.

    001Alhaitham punya kedai kopi kecil langganan, berseberangan dari sebuah petshop dengan display kaca depan yang memajang hewan-hewan peliharaan. Biasanya Alhaitham tidak terlalu ambil peduli akan petshop ituーsesekali ada hamster terpajang yang mengingatkan Alhaitham akan Paimon, peliharaan Lumine, tetapi selain itu dia hanya ambil kopi pesanan dan kembali ke rumah.

    Satu kali ini, antrian panjang yang tidak biasa membuat Alhaitham melihat petshop itu lebih dari sekadar lirikan singkat. Kali ini sekumpulan kelinci bertelinga lop yang jadi pajanganーsatu ekor yang berbulu keemasan tampak sedikit lebih besar daripada yang lain.

    Itulah pertama kali Alhaitham bertemu dengan si kelinci.

    Namun begitu barista menyerukan namanya, Alhaitham segera berbalik dan melupakan kelinci itu.

    Kali kedua, hujan mendadak turun ketika Alhaitham membeli kopinya yang biasa (Inazuman-style iced coffee, today's special bean).

    Sambil berteduh dan pelan-pelan menyisip kopi di bawah pergola kedai, Alhaitham memandang ke display petshop lagi. Si kelinci keemasan kembali nampak, dan kali ini menunjukkan perilaku yang menyatakan perbedaannya di mata Alhaitham. Si kelinci memperlakukan kelinci-kelinci kecil lain dengan baik, terlalu baik malah; tidak hanya menjilati kepala rekan bulunya satu persatu bergantian, bahkan saat makanannya direbut dan badannya ditumpuki, kelinci itu tetap terdiam mem biarkan.

    Pasrah betul. Kalau jadi orang, pasti dia orang yang gampang dimanipulasi orang lain, komentar Alhaitham dalam kepala.

    Kali ketiga, Alhaitham berjalan lebih dekat ke depan petshop. Kandang kelinci lebih lengang. Si kelinci emas sedang mengunyah sebatang rumput panjang dengan cepat sampai telinganya ikut bergoyang. Tampaknya dia bisa asyik makan karena saingannya sudah tidak banyak Baguslah, kelinci. Namun tetap, lain kali jangan mau diselaー

    ーoh, matanya berwarna merah, pikir Alhaitham ketika mereka bertemu pandang.

    Kali keempat, hanya tersisa si kelinci emas dan dua kelinci lain.

    Kali kelima, display toko terisi kucing-kucing. Alhaitham mengintip ke dalam saat berlaluーsi kelinci keemasan berbaring sendiri di sebuah kandang kecilーdan kaki Alhaitham berhenti sejenak ketika mendadak kelinci itu bangun. Mata mereka bertemu lagi.

    Si pemilik petshop menangkap keberadaan Alhaitham di depan display pada kali keenam. Alhaitham hendak menolak ajakannya untuk masuk, tapi dia mengalah begitu terlihat si kelinci berdiri di atas dua kaki belakang, bersandar pada pintu kandang.

    Tidak mungkin kelinci itu menunggunya, kan

    Mendapati alasan Alhaitham berhenti di depan tokonya, si pemilik tersenyum. "Katanya kelinci cepat mati, tapi sebenarnya sama seperti hewan lain mereka bisa berumur panjang kalau dirawat dengan baik," jelasnya sambil menemani Alhaitham mendekati kandang si kelinci. Dibuka selot yang mengunci pintu kandang. "Mau coba pegang"

    "Hm."

    Telunjuk Alhaitham terjulur untuk mengusap kepala si kelinci. Mulut si kelinci lebih cepatーmengendus telunjuk manusia di depannya sebelum menjilat.

    Rasanya... basah, jelas. Sedikit kasar dan geli.

    Hangat.

    Si pemilik toko menjelaskan macam-macam hal tentang perawatan kelinci, tetapi pikiran Alhaitham sudah keburu terpaku pada ujung jarinya.

    "Bagaimana Kalau mau saya beri diskon. Kasihan anak ini belum ada yang ambil."

    "Sayaー" kalimat Alhaitham terbata, impulsnya untuk menjawab 'ya' terpotong rasionalisasi kalau mengurus hewan bukan perkara mudah. Hamster sekecil Paimon saja kadangkala mengundang masalah, Alhaitham mengingatkan diri. Dia pikir sudah cukup Lumine yang jadi deviasi dari prinsipnya untuk hidup tenang dan lurus, tanpa banyak gangguan orangーitupun karena Lumine lebih dari mampu untuk mengurus diri sendiri.

    Seekor kelinci, tapi Bagaimana seandainya dia harus bepergian kelak Atau kelinci itu sakit ketika dia sedang sibuk

    Semua rasionalisasinya untuk langsung menolak entah bagaimana tetap tak membendung keinginannya untuk menjawab 'ya'.

    "ーsaya akan pikir-pikir dulu."

    Si pemilik toko tersenyum lemah, mengangguk. Namun yang membuat Alhaitham terenyuh adalah saat si kelinci langsung menarik diri duluan.

    Kali ketujuh, kelinci itu duduk di pojok kandang. Ketika mendengar suara ceklek selot kandang terbuka, baru dia bangun dan berbalik. Mata merahnya membulat terarah pada Alhaitham

    "Boleh saya saja yang mengambil" tanya Alhaitham.

    "Boleh" Si penjaga toko mengangguk antusias. "Tunjukkan tanganmu, terus usap dia. Kalau dia kelihatan oke, baru angkat dari bawah ketiak depan."

    Kedengaran mudahーAlhaitham pelan-pelan mengulurkan tangan untuk mengusap menatap si kelinci untuk mencari tanda ketidaknyamanan. Ketika tangannya terselip Alhaitham jadi sedikit goyah. Meski bebannya tak lebih dari, katakan, tumpukan buku, Alhaitham merasa tangannya mulai goyah. Apa karena dia mengangkat makhluk hidup, dengan bulu dan hangat dan ketidakpastiannya Caranya mengangkat sudah benar, bukan Alhaitham sesaat diam dan si kelinci juga diam, untungnya, dan pemilik toko terus memberanikan Alhaitham.

    "Sekarang dekatkan ke badanmu supaya punggungnya bersandar ke kamu... Pelan-pelan saja... Terus tangan yang sebelah pegang bawah... Nah." Pemilik toko terkekeh melihat hasil akhirnya. "Kalian kelihatan cocok. Sudah kepikiran nama untuknya"

    Melihat si kelinci yang jadi tampak kecil dalam gendongannya, Alhaitham berpikir.


    ーーー

    "Kaveh," Lumine mengulangi nama yang diucapkan Alhaitham. Sambil berbaring di atas karpet dia memandangi si kelinci di pangkuan Alhaitham. "Kenapa Kaveh"

    Alhaitham mengedikkan bahu. Alis Lumine terangkat melihat respon yang jarang dikeluarkan Alhaithamーkekasihnya itu selalu punya balasan untuk setiap pertanyaan dan kalimat, bahkan untuk yang sebenarnya tidak perlu dibalas.

    "Aku hanya mendadak teringat nama arsitektur yang mendesain gedung pertama fakultas seni rupa," jelas Alhaitham sambil menyodorkan potongan apel kedua ke Kaveh si kelinci, yang melahapnya dengan semangat.

    "Hee." Lagi-lagi bukan jawaban yang khas Alhaitham, tetapi Lumine tidak mengungkapkannya. Melihat kekasihnya tersenyumーseorang Alhaitham, tersenyum Karena seekor kelinciーsudah cukup memuaskan. "Kalau begitu... Hei, Kaveh."

    Kaveh mendongak dengan pipi masih bergoyang mengunyah apel.

    "Tolong temani Hayi, ya. Kalau bukunya berantakan di lantai kamu makan saja."

    "Jangan," Alhaitham menggeleng tegas kepada Kaveh.

    "Biarin. Habis bukumu berantakan terus. Tadi saja aku hampir tersandung," protes Lumine, dagunya menunjuk setumpuk buku tebal di tengah ruangan. "Lagipula, kan, sudah ada Kaveh. Jangan sampai dia sembarangan makan kertas terus sakit. Kelinci suka menggerogoti barang."

    Mata Alhaitham mengerjap, lalu memandang Kaveh, seolah baru sadar sesuatu. "...Hmn."

    "...Hayi. Kamu nggak akan mengandanginya sepanjang hari, kan Kelinci nggak seperti hamster, mereka perlu banyak ruang bergerak."

    "Nggak, kok." Jawaban Alhaitham keluar cepatーjelas terdengar seperti anak yang ketahuan berbuat salah.

    "Bagus. Kalau begitu aku bantu bereskan sekarang, ya." Lumine bangkit dan langsung mengambil tumpukan buku terdekatーsatu dari banyak yang tersebar di ruangan.

    "Biar aku sajaーtsk," Alhaitham menggeleng ketika Lumine jelas tidak mengindahkan. Pelan dia memindahkan Kaveh ke lantai supaya dia bisa menahan tangan Lumine. "Tunggu, kamus yang itu jangan dipindahーaku mau pakai nanti."

    "Paling tidak susun di atas mejaー"

    "Iya, makanya biar aku sajaー"

    Kaveh, sebagai kelinci, tentu tidak paham dengan isi pembicaraan dua makhluk besar di depannya. Selagi mereka tidak melihatnya, Kaveh berjalan ke piring yang menyimpan lebih banyak apel, dan mengambil satu potong lagi, kedua mata merahnya menyaksikan Si Besar dan Si Wangi berseliweran di ruangan. Suara mereka berbeda dari teman-teman sebelumnya. Bau tempat ini berbeda. Juga ada hal-hal baru (yang tampaknya enak) dia lihat di sini.

    Namun Kaveh tidak merasa terasing apalagi takut. Senang, malah. Rasanya dia telah kembali ke tempat yang seharusnya, bersama dua makhluk ini.
    Tap to full screen .Repost is prohibited
    Let's send reactions!
    Replies from the creator

    recommended works