Recent Search
    Create an account to bookmark works.
    Sign Up, Sign In

    kanekane

    @kanekane_bul

    ☆quiet follow Send AirSkeb request Yell with Emoji 😂 😭 👍 💖
    POIPOI 51

    kanekane

    ☆quiet follow

    Manten 9Saat ini, Ajax sedang tersiksa di ruang rias karena pakaian yang dikenakannya. Beskap beludru hitam dan kain jarik sekali lagi membungkusnya. Ajax bersumpah ini akan jadi pernikahan terakhirnya, dia tidak mau melewati siksaan ini lagi. Sebenarnya kalau boleh memilih, Ajax ingin mengenakan jas barat biasa. Tapi ibunya orang yang sangat taat pada adat dan Ajax tidak mau mengecewakannya.

    "Cuk, gerah."

    Kaeya menghela napas lelah. Entah sudah keberapa kali Ajax mengeluhkan itu. Mentang-mentang penata rias dan busananya adalah temannya sendiri jadi bacot seenaknya. "Sabar napa njing. Paling cuma berapa jam."

    "Cuma Seharian, cuk. Lo sih belom nikah, gak tahu rasanya."

    "Iya iya si paling sering nikah."

    "Gak gitu anjing."

    Kaeya merapikan riasan Ajax yang pecah karena marah-marah sambil berkata, "Lo belom liat Mbak Li pake solo putri kan Gue jamin lo langsung wafat klepek-klepek."

    "Jangan dulu anjir, gue masih pengen liat Qiqi nanti jadi pengantin..." Tapi benar juga, Ajax belum melihat Zhongli dalam pakaian yang dipesannya pada Kaeya. Sahabatnya bersikukuh kalau hal itu dijadikan kejutan untuknya nantinya. Walaupun Kaeya sering membangsat, tapi kemampuan desainnya memang patut diacungi jempol.

    "Temen gue, Rosaria, ahli bener kalo soal tata rias. Yah, walaupun Zhongli juga udah dari template-nya cakep sih."

    "Yew, siapa dulu yang milih, hehehe."

    "Gak kayak cowoknya, udah jamet, mukanya juga kayak orang bego. Mana pas akad kemaren malah, pffft—" Kaeya tidak bisa meneruskan karena terlanjur ngakak sampai guling-guling di atas karpet. Kaeya benar-benar sedang dalam mode bangsat saat ini.

    "Bangke, ga usah diungkit lagi." Ajax masih malu saat ingat kegugupannya waktu itu. Dia harus mengulang sampai tiga kali dengan wajah semerah tomat. Zhongli hanya tersenyum kecil, tapi dari guncangan pundaknya, pasti dia mati-matian menahan tawa.

    Ajax berjalan keluar ruangannya setelah selesai dirias. Tak disangka, ternyata Zhongli sudah selesai dan berdiri menunggunya. Pasti gara-gara ngobrol dengan Kaeya tadi Ajax jadi terlambat.

    Keduanya terbelalak kagum melihat penampilan masing-masing. "Mas Ajax ganteng," puji Zhongli dengan tulus seperti biasa. "Keliatan cocok kok, udah kayak Rama Wijaya, hihihi. Engga usah khawatir lagi," ujar Zhongli. Dia tahu Ajax sempat insecure dengan penampilan bulenya yang terlihat aneh saat memakai baju adat.

    Sementara itu, Ajax sendiri tidak bisa berkata-kata melihat kecantikan Zhongli. Kalau bisa diibaratkan, mungkin bidadari kahyangan adalah sebutan yang paling dekat. Rambutnya disanggul, dihiasi tujuh cunduk mentul dan untaian melati yang menjuntai sampai dadanya. Dahinya dilukis indah dengan paes warna hitam. Jubah beludru memanjang hingga ke lantai, membingkai kaki Zhongli yang dibalut batik cokelat.

    Sangat anggun, Ajax sampai tidak bisa melepas pandangannya dari Zhongli. Ia teringat saat pertama kali melihatnya, Zhongli mengenakan dress kebaya merah yang terkesan menggoda. Agak mencolok jika dibandingkan dengan wajah teduh dan tenang miliknya. Tapi sekarang, Ajax merasa ingin bersujud saat ini juga dan mencium kaki Zhongli, tunduk padanya.

    Bidadarinya.

    Lengan gemulai Zhongli melingkar pada tangan kiri Ajax, menggandengnya erat. Ia tersenyum sekali pada pemuda itu, lalu menatap lurus ke depan. Seakan ia sepenuhnya percaya pada Ajax untuk menuntun ke pelaminan. Ajax pun menarik napas dalam. Kaeya menepuk pundaknya untuk memberi semangat, lalu menyusul Diluc yang sudah duduk di meja tamu.

    Ajax bersyukur dia dikelilingi oleh orang-orang baik. Entah itu ibunya, teman-temannya, mantan kekasihnya, hingga Zhongli dan keluarga kecilnya.

    Nama pengantin dipanggil, mereka pun mulai melangkah.
    .
    .
    .
    "Xiao, kamu di depan dong, biar kelihatan," saran Ajax pada 'putra' barunya. Xiao hanya mendengus dan tetap berdiri di samping Ajax di belakang Kaeya. "Ngatur." ujarnya dengan rese. Ajax dan Zhongli hanya menghela napas. Sudah tahu kurang kalsium, tapi gengsi berdiri di depan. Meskipun begitu, melihatnya berdiri di samping Ajax seperti itu, seakan Xiao sudah menerima Ajax sebagai ayahnya. Ajax tidak bisa menahan senyum bodohnya, Zhongli pun juga.

    Ganyu berdiri di samping Zhongli sambil menggendong Qiqi. Lalu teman-teman Ajax berbaris di belakang selagi Kaeya mengatur kamera. Saat semuanya menata diri, Ajax melihat ke bangku para tamu. Setelah menyapukan pandangan beberapa kali, Ajax hanya bisa tertunduk. Zhongli tahu siapa yang Ajax cari. Ia mengeratkan genggaman ke tangan Ajax dan tersenyum. Ajax langsung menghapus kekhawatirannya, berterima kasih pada Zhongli dengan membalas genggamannya.

    "Yo yo yo siap-siap Pegel woi" teriak Kaeya dengan tangan yang mulai gemetar. "Tiga... Dua... Satu"

    Yang lalu, biarlah berlalu.
    .
    .
    .
    "Hweeee Mbak Li aku seneng banget," teriak Hutao sambil menggelayuti Zhongli. Mereka sedang berkumpul di aula latihan Wangsheng untuk after party. Kazuha dan penyanyi lainnya sedang mempersiapkan sosis dan daging untuk dibakar. Itto, Kaeya, dan kawan-kawan membawa peralatan yang dibutuhkan untuk memanggang sate. Sementara itu, pasangan pengantin yang menjadi raja dan ratu malam ini dipaksa duduk diam untuk beristirahat. Kalau tidak begitu, Zhongli pasti ingin ikut bantu-bantu.

    "Hiks, setelah sekian lama—"

    "Satu tahun."

    "Setahun tuh lamaaa Hiks, Mbak Li dateng ke acara nikahan buat nyanyi. Hari ini... Hiks... Hari ini... Hweeeeeoghwoohhhh."

    "DEK TAO MABUK" panik Zhongli sambil mengelus-elus punggung Hutao.

    "Eh sori, jangan-jangan dia ambil kaleng yang dari kardus gue," ujar Kaeya dengan watados.

    "Ahaha, engga kok, itu dia kebanyakan minum es abis pulang dari resepsi. Jadinya masuk angin," kata Ying'er sambil mengulurkan tissue untuk Hutao. Hutao berterima kasih dengan suara lemas.

    Zhongli menghela napas sambil tersenyum. Benar juga. Dia tidak menyangka akan berakhir seperti ini. Dia sudah menyerah menemukan pendamping hidup setelah 20 tahun penuh luka. Tapi Ajax mengembalikan kepercayaannya, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

    Pemuda itu sedang memangku Qiqi dan bermain dengan layar ponsel Ajax. Qiqi terlihat sangat asyik bicara dengan ayah barunya, meskipun masih berupa ocehan tanpa makna. Ajax juga mengangguk-angguk seolah mengerti. Zhongli tidak bisa menahan senyumnya.

    Dia bersyukur telah didatangkan seseorang seperti Ajax.

    "Terima kasih," bisik Zhongli. Tapi tak disangkanya, Ajax mendengar itu meskipun suasana sekitar sedang ramai.

    "Belum."

    "Eh"

    "Perjalanan kita masih panjang 'kan Ini baru sehari. Aku pengen bener-bener ngerasa pantas buat bisa nerima kata terima kasih dari kamu," kata Ajax masih sambil memomong Qiqi.

    Zhongli dapat melihat telinga Ajax berubah merah. Dia malu karena tidak biasanya bicara serius. Zhongli pun tertawa kecil. Ia menyandarkan kepala ke pundak Ajax, "Meskipun gitu, aku tetep mau bilang terima kasih."

    Ajax terhenyak karena bisa merasakan hawa membunuh Xiao. Ah, dia masih belum bisa heradaptasi dengan keberadaan Ajax.

    "Ey ey ey penganten baru jangan lupa dunia dulu ya, kita masih di sini. Skuy sini biduan provinsi nyumbang lagu." Kaeya menyerahkan mic ke tangan Zhongli. "Kalo mau goyang boleh banget loh."

    "Gue bacok lu," ujar yang punya Zhongli. Baik yang kepala jingga maupun ijo. Kaeya hanya angkat tangan balik badan maju jalan.

    "Wah, saya harus nyanyi apa ini Apa ada request" tanya Zhongli. Tapi semua orang hanya diam memandangi Ajax. Pemuda itu terpatung seketika. Xiao mengulurkan mic lain untuk Ajax, kemudian mengatur sesuatu di keyboardnya. Zhongli pun mengerti maksud mereka.

    Ajax berdiri kaku di hadapan biduan Wangsheng itu, keringat dingin. Dia memang pernah diet dengan Zhongli. Tapi waktu itu hanya duet main-main yang Ajax yakin suaranya hancur dibandingkan dengan Zhongli. Meskipun begitu, kini Zhongli memandangnya lembut, mengangguk penuh kepercayaan. Keyboard Xiao mulai mengalunkan melodi lembut, mengantar Ajax masuk ke bagian pertama dari lagu.

    "Suatu hari
    Dikala kita duduk ditepi pantai
    Dan memandang ombak di lautan yang kian menepi

    Burung camar terbang
    Bermain di derunya air
    Suara alam ini
    Hangatkan jiwa kita."

    Zhongli pun mendekatkan micnya ke bibir. Ia mulai mengalunkan bagiannya.

    "Sementara
    Sinar surya perlahan mulai tenggelam
    Suara gitarmu
    Mengalunkan melodi tentang cinta
    Ada hati
    Membara erat bersatu
    Getar seluruh jiwa
    Tercurah saat itu."

    Suasana romantis dan lembut itu tiba-tiba berubah sumringah ketika tepukan ketipung Itto mulai terdengar. Ajax tidak kaku lagi dan mulai percaya diri berduet dengan Zhongli. Zhongli hanya menggelengkan kepalanya, tak bisa menahan tawa. Selera Ajax benar-benar terlihat jelas.

    "Kemesraan ini
    Janganlah cepat berlalu
    Kemesraan ini
    Inginku kenang selalu
    Hatiku damai
    Jiwaku tentram di samping mu
    Hatiku damai
    Jiwa ku tentram
    Bersamamu."

    Ajax tak pernah menyangka bahwa keengganannya dulu untuk datang ke acara pernikahan malah membuatnya jatuh cinta pada seorang diva. Diva berbalut kebaya dan diiringi irama musik dangdut. Menggoyangkan hati lesu Ajax dan membangkitkan semangatnya lagi.

    Dalam hati ia berdoa, agar kemesraan ini tidak cepat berlalu. Ia ingin selamanya di sisi Zhongli, bahkan hingga rambut berubah kelabu. Zhongli pun juga sama, membalas tatapan tulus Ajax dengan kelembutan maniknya yang sewarna madu.

    "Aku mencintaimu."
    ------------------------- Manten -------------------------
    Tap to full screen .Repost is prohibited
    😭😭😭😭😭🙏🙏😭😭👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏😭😭😭😃😍😍😍😍😍💖🙏😭💙☺☺🌋😭👏👏👏👏☺☺☺💖😭😍😂😂😙😙😙😙😙☺💖❤😍❤💕
    Let's send reactions!
    Replies from the creator