Recent Search
    Create an account to secretly follow the author.
    Sign Up, Sign In

    mydeichan

    @mydeichan

    seme cantik enjoyer

    ☆quiet follow Yell with Emoji 💖 👍 🎉 😍
    POIPOI 2

    mydeichan

    ☆quiet follow

    #1: Wishful Thinking:
    Phainon dan Mydei berkenalan. Tapi bukan untuk berteman. Lebih dari itu.

    The Jeweller's Handtitle is taken from arctic monkeys:

    Selama motor melaju, Mydei tahu ini benar-benar kabar baru baginya: dia kira sejak insiden sekian tahun lalu, hatinya mungkin tidak akan kembali seperti semula: ada bekas luka dan sulit berfungsi, tetapi lihat sekarang, rasanya hatinya punya sayap, berusaha keluar dan bebas dari kurungan tulang rangkanya. Oh, Phainon, what kind of witch you are...

    Telah lama Mydei membiarkan ruang di hatinya kosong. Kursi dan meja dalam ruang itu berdebu dan kini ada seseorang yang mungkin, akan mengetuk pintu dan meminta izin untuk duduk bersamanya, di hadapan sebuah jendela yang besar, dengan suatu hamparan padang rumput dan bunga yang lapang dan mereka akan berbicara tentang masa lalu, dan merencanakan masa depan Entahlah. Mydei sudah membayangkan susu dan puree delima untuknya, dan kopi hitam pekat untuk Phainon, tersaji di atas meja yang sama.

    Perbedaan mereka terlalu banyak: berbeda fakultas, berbeda jurusan, berbeda kelas. Hanya karena mereka berbagi kelas Fisika Dasar yang mana Mydei sendiri didorong impulsivitas mencoba melompat dari zona nyaman. Perlu usaha ekstra untuk meluaskan perpotongan kurva diagram Venn di antara mereka.

    "Phainon. Gua begini ga ada pacar lu yang marah"

    "Ga ada...." Phainon berkata di tengah lesakan angin, dan speedometer di 100km/jam. "Yang kemarin itu temen gue bercandaannya gak waras"

    Sebuah klarifikasi singkat yang melegakan. Pasalnya, di pelataran parkir kemarin, Phainon tampil bersama kemeja navy yang sudah diacak-acak, dengan rambut dan bibir begitu lembap oleh jejak lipstik merah. Santapan yang Mydei pikir, jelas-jelas ini mengundang obsesi seseorang: dari tingginya yang jauh di atas rata-rata, dan tingkah laku yang mirip anjing tak bertuan. Tampak jelas bahwa dia barusan sedang berasyik-masyuk dengan seseorang dan Mydei seakan merusak momen berharga mereka. Imajinasinya terlalu jauh rupanya. Entah malam ini yang terlalu cerah karena bulan dan bintang berkumpul untuk sebuah festival atau ini semua semata efek berkilauan akibat endorfin, Mydei sudah siap. Teramat sangat siap.

    Sesampainya di depan rumah (yang pantasnya disebut mansion lihat ukuran, luas dan pengawalan empat voorijder yang siap menyalak), Mydei punya keahlian yang barangkali hanya dimiliki olehnya: tetap menjaga ketenangan seakan hatinya tidaklah merintih minta ampun karena pelaku yang menghantui pikirannya barusan menawarkan tumpangan gratis, bonus parfum bergamot, jaket hangat, dan wajah tampan yang teduh. Etikanya sederhana, balas budi harus dibayar setara. “Ga mampir dulu Minimal minum atau apa. I can make something for you.”

    Sialnya lagi, mata birunya itu punya lebih banyak kata untuk bicara dari puisi dan surat cinta. Helm full-face bukanlah penghalang bagi Mydei untuk melihat mata biru Phainon tersenyum lembut padanya. Hanya padanya.

    (Oh andaikan Mydei tahu, Phainon sesungguhnya ingin bertingkah supaya meraup pujian dan kekaguman sebanyak-banyaknya, tetapi lelaki itu rupanya menahan diri, dan memilih berlindung dari panggung dan layar tembak...)

    Jika dia Ajax atau Kaeya, tentu tawaran tadi adalah undangan terbuka untuk eskalasi hubungan jalur ekspres, entah terbangun di ranjang yang sama tanpa sehelai pakaian (Ajax trademark) atau saling bersulang sloki, bertukar rekomendasi anggur (Kaeya trademark) atau makan malam yang intens dan sedikit bumbu obrolan saham (Ayato trademark). Tetapi ini Phainon yang gerak geriknya polos dan tidak polos di saat bersamaan. Jarum jam tangannya telah berkata bahwa malam sudah melarut, bukan saat yang tepat. Masih ada esok hari, esoknya lagi, dan seterusnya. Tidak perlu tergesa untuk membangun sesuatu di antara mereka—Phainon hanya perlu bersabar untuk hasil yang lezat dan bermakna. “Udah setengah sebelas juga. Lebih baik istirahat.”

    “Kata orang yang kayaknya bakal tidur nanti pagi”

    Kekehan Phainon lebih kalem dari yang Mydei kira. Terpujilah mesin mobilnya yang mati dan membuka kesempatan baginya untuk berdua dengan Phainon dalam kondisi yang kondusif. Bukan di kelas, tidak juga di tempat yang lain. “Temen gue iya. Gue sih paling nugas bentar terus tewas, Mydeimos. Gue sibuk, hehe.”

    “Phainon. Besok-besok ga usah manggil gue begitu lagi.” Lengan Mydei bergerak mengikat tinggi rambutnya, sedikit pamer lekuk bisep dan trisep. Sesekali bertingkah memancing tidak apa, toh tidak ada Anaxa dan Aglaea yang akan meniupkan peluit dan kartu kuning padanya.“Mydei, Dei, that’s enough.”

    “Kita juga belum kenalan proper. Phai or anything else, apapun yang enak buat lu.”

    Mydei terkekeh pula, mengetuk punggung telunjuk pada kaca helm Phainon.

    “Buka helmnya coba.”

    Dia mendengar dan dia taat.

    Tanpa aba-aba, satu kecupan disematkan pada bibir Phainon.

    Belum sempat mengerjap—hanya manis cokelat dan menthol tersisa, seandainya Mydei telat sedetik saja memberi jeda—mungkin hari ini status mereka sudah bukan lagi teman. Lebih dari sekadar teman. “Tradisi keluarga gua.” Katanya lagi, sadar seratus persen Phainon... berusaha keras menyetir akal sehatnya agar tetap di jalur yang semestinya. “Ucapan terima kasih.”

    “Buat gue doang begini”

    “Iya.” Sulit bagi Mydei untuk tidak tersenyum. “Buat lu doang gua begini.”

    (if you've a lesson to teach, i'm listening, ready to learn
    if you've a lesson to teach
    please don't deviate,
    don't be afraid)


    Tap to full screen .Repost is prohibited
    💖😭💖💖😭😭💖💖💖💖💖😭💖👏👏
    Let's send reactions!
    Replies from the creator

    related works