Recent Search
    Sign in to register your favorite tags
    Sign Up, Sign In

    kanekane

    @kanekane_bul

    ☆quiet follow Send AirSkeb request Yell with Emoji 😂 😭 👍 💖
    POIPOI 51

    kanekane

    ☆quiet follow

    Manten 6"AJAX Balik sini gak" Keqing, 14 tahun, berkacak pinggang di halaman sekolah sambil menatap tajam Ajax yang duduk di atap gedung sekolah. Tentu saja sambil mengejek Keqing. "Balikin penggarisku" perintah Keqing.

    "Gak mau, kamu sih mukulin penggaris ke aku mulu."
    "Ya itu kan gara-gara kamu sendiri yang gangguin Ihh sebel. Cepet turun"
    "Kenapa gak kamu aja yang naik ke sini"
    "Gimana caranya astaga Gen kita kan beda, dasar monyet."
    "Pikir ndiri lah, kan murid teladan."

    Keqing berdecih, melihat sekitarnya untuk mencari tangga. Ia melihat tumpukan kotak yang mungkin Ajax pakai untuk naik ke atas. Saat hampir sampai di atas, tangannya tidak sampai meraih genteng atap. Padahal tinggal sedikit lagi. Tiba-tiba Ajax berdiri di dekat tangannya dan mengulurkan tangan. Keqing agak terkejut sekaligus bingung. Melihat kesempatan untuk membalas dendam, Keqing membalas uluran itu. Dalam beberapa tarikan, Keqing pun terangkat ke atas dan sampai di atap, terengah-engah. "Oke... Hah... Balikin... Penggarisku."

    Setelah mengatakan itu, Keqing merasakan hembusan angin yang menyegarkan. Karena letak sekolah mereka yang masih dikelilingi pepohonan, kebun, dan sawah, pemandangan pun menghampar indah. Keramaian di dalam sekolah teredam, benar-benar kedamaian. Keqing sekarang mengerti kenapa Ajax betah nongkrong di sini setiap hari. Hanya Keqing yang menyadari kebiasaan Ajax itu, biasanya juga dia abaikan karena tidak mau terlibat dengan anak aneh ini.

    "Bagus kan" tanya Ajax. Kemudian ia mengulurkan penggaris Keqing. "Nih."

    "Mn. Kok kamu bisa tahu tempat kayak gini, Jax J-jangan-jangan kamu mau nyoba lompa—"

    "Gak gitu"

    "Terus"

    Ajax menoleh ke arah lain, tapi Keqing masih bisa melihat telinga semerah tomat. Dia tersenyum nakal, berniat menjadikannya bahan olokan. Tapi perkataan Ajax selanjutnya membuat Keqing mengurungkan niat itu. "Kamu."

    "Hah Aku gak pernah tahu tempat ini."
    "Kamu sering makan siang sendiri di bawah sana kan."
    "Sok tahu Tunggu, kamu ngeliatin aku Ih, kenapa"

    Sekali lagi, Ajax beringsut menjauh dari Keqing, suara kecil menjawabnya yang tentu saja tak bisa didengar Keqing. "Apa, Jax Ngomong yang jelas dong"

    "Aku menyukaimu"
    .
    .
    .
    Ajax menurunkan kaca jendela mobilnya saat sampai di depan rumah Keqing. Kepala bergeleng mengusir kenangan di dalam benaknya. Keqing sudah menunggu dengan dress batik panjang, tersenyum manis pada Ajax. Namun setelah melihat pakaian satu sama lain, mereka terbelalak bersama.

    "Masih punya itu" tanya Ajax.
    "I-iya... Kamu juga. M-mau aku ganti baju dulu"
    "Ga, gapapa. Ayo."

    Mereka tidak sengaja menggunakan baju kembaran saat masih bersama dulu.

    Kemeja untuk Ajax, dress untuk Keqing. Motif batik dan warna yang sama. Ajax ingat mereka memesannya untuk menghadiri suatu undangan, tapi tidak sempat dipakai karena mereka terus bertengkar hingga berujung perpisahan. Tak disangkanya, hari ini mereka sama-sama berpikiran untuk mengenakannya agar tidak sia-sia. Tragisnya, untuk datang ke pernikahan setelah mereka berpisah.

    Hal tragis terus menghantam Ajax secara beruntun seperti kereta besi. Dia tidak tahu kapan kereta itu akan berhenti.

    "Ajax, mending aku ganti baju aja. Nanti gimana kalo ditanyain temenmu" ujar Keqing setelah duduk di samping Ajax. Tapi pemuda itu hanya menggeleng dan menyalakan mesin mobil. "Pakai sabuknya."

    Persetan dengan ledekan Kaeya atau siapapun, Ajax sudah lama menantikan Keqing untuk memakai dress itu. Bagian atas dress yang jatuh di pundaknya, kemudian berlekuk di pinggang dan mengerucut untuk mekar di sekitar lutut hingga lantai. Warna gelap dress itu semakin memamerkan kulitnya yang kuning langsat. Mata tajam menatap lurus penuh kepercayaan diri, bibir merah muda merekah indah. Hidungnya yang mbangir (mancung) membuat siluet wajah Keqing sangat khas untuk dikenali. Hampir seperti wayang kulit. Dan jika Keqing adalah wayang kulit, dia pasti menjadi seorang dewi dalam kisah-kisahnya.

    Setidaknya dewi bagi Ajax. Ia ingin tunduk dan melayani seumur hidupnya.

    Tapi ide itu lah yang menenggelamkan pernikahan mereka.

    Sesampainya di tempat kondangan, mereka berjalan berdekatan namun tidak seperti dulu lagi. Padahal begitu dekat, akan tetapi Keqing tidak bisa menggenggam tangan Ajax lagi. Tidak berhak untuk dituntun tangan yang pernah membelai sayang dan menggenggam Keqing dalam kehangatan. Air mata berusaha mendobrak pelupuknya, Keqing hanya bisa menggigit bibir untuk menyadarkan dirinya ke realitas.

    Saat mereka berjalan menuju penerima tamu, seorang wanita muda mendekat dan menyapa, "Mbak Keqing"

    Keqing terhenyak. "Eh G-Ganyu"
    "Temenmu" tanya Ajax.

    Keqing panas dingin di tempat. Wanita muda berambut panjang tadi mengulurkan tangannya pada Ajax. "Mas Ajax ya Perkenalkan, saya Ganyu, kakak Xiao. Saya udah sering denger tentang Mas Ajax dari ibu."

    Ajax terhenyak. Gadis itu punya mata yang mirip dengan Zhongli, lembut dan penuh kehangatan. Bentuk wajah dan perawakannya juga sama persis. Tidak salah lagi, dia tidak bercanda atau pun berbohong. Ini pertama kalinya Ajax bertemu dengan Ganyu dan dia tidak bisa bereaksi apa-apa saking terkejutnya.

    "G-Ganyu, kenapa ke sini" tanya Keqing.
    "Eh Mbak Keqing lupa Bu Ningguang kan dekat dengan keluarga Kamisato. Tapi karena tidak bisa hadir, aku yang mewakili, Mbak."

    Ganyu melihat mereka berdua untuk sesaat. Sekali lihat saja sudah jelas pernah ada sesuatu di antara mereka. "Kalau kalian..."

    "A-ah, itu, pengantin di sana temennya Ajax, t-temenku juga. Jadi kami dateng, ah soal baju ini—"
    "Keqing mantan istriku, Ganyu," kata Ajax. "Tapi sekarang kami cuma temenan." Keqing terhenyak saat Ajax mengakui itu penuh ketenangan.
    "Ah begitu. Saya sendiri juniornya Mbak Keqing, sekarang saya sedang magang jadi asisten duanya Bu Ningguang."

    Suasana canggung pun menyelimuti. Ganyu tidak menyangka bahwa kekasih ibunya saat ini adalah mantan suami sahabatnya. Begitu juga dengan Ajax, tidak menyangka mantan istrinya akan berteman dengan anak kekasihnya saat ini. Belum lagi, kemungkinan bahwa Keqing berteman dekat dengan Zhongli juga dan tahu tentang semua ini tapi memilih untuk diam.

    Tapi kenapa

    Akhirnya, Ganyu pamit karena masih ada pekerjaan yang diurus. Gadis itu menjabat tangan Ajax erat, sangat erat, lalu tatapan hangatnya berubah dingin. Seakan berkata, "Jelaskan semuanya pada ibu. Atau saya sendiri yang menjelaskannya, di depan Xiao." Tidak, itu bukan imajinasi Ajax, gadis itu benar-benar mengatakannya secara lisan, aura membunuh menguar hebat. Keqing pun sampai merinding meskipun tidak mendengarnya.

    Karena Ajax dan Keqing datang sore hari, tamu sudah berkurang drastis. Musik juga tidak terdengar, mungkin musisinya belum kembali dari ibadah. Mereka akhirnya duduk menunggu makanan sambil membahas bagaimana Thoma dan Ayato merencanakan acara ini. Sepertinya mereka memang tidak mengundang banyak-banyak, acaranya juga cukup sederhana. Ajax ingat bagaimana pernikahannya dulu sangat menguras tenaga. Mau bagaimana lagi, ibunya punya pengaruh yang cukup besar, begitu juga dengan ayah Keqing. Mereka menggelar pesta megah yang menguapkan uang seperti air. Saking lelahnya, Ajax & Keqing sampai tidak sempat untuk... Ehem... Malam pertama. Sampai kasur langsung tertidur.

    Ajax menepuk pipinya sendiri. Sangat tidak sopan teringat masa lalu saat masa lalu itu sendiri duduk di sampingnya. Ia menikmati hidangan yang tersaji sebelum Keqing tiba-tiba bertanya, "Ajax, kamu udah move on ya"

    "Maksudnya"
    "Kamu udah PD ngakuin pisahnya kita."
    "Ohh. Engga juga, cuma, rasanya Ganyu bisa dipercaya entah kenapa. Biasanya juga masih takut."
    "Biasanya Maksudnya kayak ke Mbak Li"

    Tepat sasaran, baik Keqing ke Ajax, maupun sebaliknya. Keqing ternyata memang dekat dengan Zhongli lalu sengaja menyembunyikan semuanya. Chatnya dengan Ajax tentang Zhongli bulan lalu pasti juga dibuat-buat untuk menjebaknya. Tapi Ajax mengabaikan detail itu dan melanjutkan makan sorenya.

    "Ajax—"

    "Hai gaes, udah lama" tanya Kaeya yang datang tiba-tiba. Diluc ada di belakangnya, sibuk membetulkan kerah baju.

    Saat Ajax menjawab, Kaeya ternganga melihat penampilan penuh dua temannya. Dilihat dengan sebelah mata pun (hehe, karena mata Kaeya cuma satu, hehe), siapapun tahu kalau keduanya kembaran baju. Belum lagi, desainnya bukan untuk seragam biasa, itu desain khusus yang memang dipesan untuk pasangan saja. Sebagai seorang desainer, Kaeya sangat mengerti itu.

    Kaeya sangat ingin menggampar mereka berdua.

    "Kalian balikan"
    "Engga," jawab mereka berdua hampir bersamaan.
    "TERUS KENAPA COUPLE-AN"

    Ajax menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Baju doang elah. Udah nganggur berbulan-bulan di lemari."

    "Ya... Aku juga mikir begitu," susul Keqing. Jemarinya meremas bagian bawah gaun. Tentu saja bukan karena itu. Dia sengaja menggunakannya karena tahu bahwa Ajax dulu sangat menantikan baju ini. Setidaknya, dia ingin membuat Ajax terkesan untuk terakhir kalinya setelah tahu bahwa gebetan Ajax adalah Zhongli, salah satu teman yang sangat dia hormati.

    "Kalian tuh...," Kaeya berdecih, meneruskannya dalam hati, 'Sering sepemikiran tapi kok masih aja bubrah.'

    "Tapi kami cuma temenan kok. Lagian, aku juga udah tahu siapa gebetan Ajax sekarang."

    "Hah Jax, lo tega amat"

    Keqing buru-buru menengahi. "Enggaaa, aku gak sengaja tahu dari Mbak Li. Kami temenan dari... agak lama dan sering curhat-curhatan. Baru bulan lalu aku tahu... Tapi aku belum bilang ke Mbak Li kalo aku—"

    "Well, hari ini kalian harus bilang," kata Kaeya, menoleh ke arah lain. Awalnya Ajax dan Keqing tidak mengerti, namun kemudian suara cek mic menggema di sana. Ajax sangat familiar dengan suara itu, MC andalan Wangsheng, Kazuha. Kemudian suara yang menjawab Kazuha langsung menghentikan jantung Ajax.

    Zhongli.

    Kaki Ajax berubah menjadi jelly.

    "Wah mbak satu ini keliatannya punya request," ujar Kazuha mendekati Keqing. Perempuan itu langsung terbelalak kaget, begitu juga dengan Ajax dan Kaeya, bahkan Thoma yang duduk di pelaminan. Sementara itu, Ayato hanya tersenyum seakan tahu semua ini akan terjadi. Sepertinya Zhongli sudah melihat kedatangan tamu tak diundang dalam hidupnya dan memutuskan untuk mengujinya.

    Keqing yang dipojokkan Kazuha akhirnya menjawab. Karena tidak dekat mic, Ajax tidak bisa mendengar lagu yang Keqing minta.

    "Oh Request yang luar biasa Mungkin Mbak Li bisa memenuhi request mbaknya Wegah Kelangan, untuk mantannya yang masih dia cinta Monggo Mbak Li."

    Ajax terpatung. Tiba-tiba seluruh jiwanya seperti ditarik keluar oleh maut. Dilihatnya Keqing hanya terduduk di tempat, menunduk menyembunyikan wajahnya. Sejak lama, Keqing selalu nekat dan radikal dalam mengatasi masalah karena dia sulit berkata jujur.

    Tapi kali ini kelewatan. Dia sama halnya menyatakan perang pada Zhongli.

    Zhongli sudah berdiri menggenggam micnya, kali ini sengaja mengambil tempat di balik pilar gedung itu. Dia ingin Ajax benar-benar mendengar apa yang Keqing ingin sampaikan.

    "Keqing, kamu—"

    [Jihan Audy - Wegah Kelangan]
    "Rungokno jerit atiku iki (Dengarkan jerit hati ini)
    Sing bingung noto roso ning ati (Yang bingung menata rasa di hati)
    Pengenku koe ngerti (Inginku kau mengerti)
    Sing tak pikir saiki (Yang kupikirkan saat ini)

    Tulung koe ojo salah tompo (Tolong jangan salah paham)
    Ojo mbok pikir aku ngeliyo (Jangan kau pikir aku mencari yang lain)
    Kabeh iki kahanan (Semua ini sudah keadaan)
    Ra iso neruske katresnan (Tak bisa meneruskan cinta)."

    Ajax tahu lagu ini. Wangsheng beberapa kali menyanyikannya saat latihan. Bagian selanjutnya membuat jantungnya berdenyut sakit.

    "Jujur aku iseh sayang, wegah kelangan (Jujur aku masih sayang, tak mau kehilangan)
    Mergo tresno wes tak patri ning njero ati (Karena cinta tlah kuukir di dalam hati)
    Nanging arep piye maneh (Tapi mau bagaimana lagi)
    Iki wes kahanan kudu pisahan (Sudah keadaannya untuk berpisah)

    Njalukku koe ojo nangis mergo lungaku (Kumohon jangan menangis karena kepergianku)
    Mungkin iki wis ginaris dudu penjalukku (Mungkin sudah takdirnya, bukan permintaanku)
    Nglungani sliramu abot rasane pangapurane (Meninggalkanmu berat rasanya, maafkan aku)."

    Pundak Keqing berguncang. Mungkin oleh isakan. Atau tawa ironis.
    .
    .
    .
    Sebelum acara itu selesai, mereka membawa kado dan menyelamati pengantin baru itu. Thoma dan Ayato sangat berterima kasih atas kedatangan mereka, Thoma sendiri nyaris menangis terharu. Dia tidak menyangka hari ini akan tiba. Ayato-nya yang tercinta terlihat sangat cantik dengan beskap putih dan bunga yang terkalung di leher jenjangnya. Rambut panjangnya ditata sedemikian rupa sehingga ia terlihat anggun. Bahkan Ayaka sampai insecure karena abangnya lebih cantik dari dia sendiri yang perempuan. Tapi dia tidak larut dalam kecewa saat melihat abangnya yang lain, Thoma, begitu tampan dalam beskap putih yang sama, rambut ditata rapi memamerkan dahinya yang jarang terlihat. Ia terlihat gagah dan siap mendampingi Ayato dalam bahtera kehidupan rumah tangga nanti.

    "Foto yuk gaes" ajak Kaeya. "Thoma lo di tengah sama Ayato cuy."

    Ayato melihat Keqing dan bertanya, "Kamu oke"

    Keqing tertawa kecil. Maksudnya setelah melakukan hal gila tadi Tentu saja jantungnya bergoyang dangdut karena rasa takut. Mau bagaimana lagi, Zhongli memojokkannya sampai sejauh itu. Tapi untunglah, Ajax tidak merespon berlebihan. Dia mendengarkan lagu itu sampai selesai, lalu menawarkan sapu tangan untuk Keqing, yang mana tidak diambilnya. Dia tidak ingin terikat lebih banyak lagi dengan Ajax. "Maaf sempat mengganggu acara kalian."

    Ayato mengibaskan tangan, "Ah, gak masalah. Masih termasuk rencanaku, kok," ujarnya kemudian melenggang kembali ke sisi Thoma. Keqing hanya bisa ternganga. Anak sulung Kamisato memang dikenal punya selera yang tidak biasa.

    "Bajunya bagus," puji Zhongli pada Keqing. Ia diajak berfoto oleh Kaeya dan berapa kalipun menolak, tetap saja diseret ke sana. Teman-temannya juga malah mendukung. 'Hajar mantannya'

    Keqing hanya bisa tersenyum. Dia tidak tahu apakah Zhongli marah padanya, atau menerima. Ekspresi Zhongli selalu sulit dibaca. Itulah kenapa Hutao menganggapnya seram saat marah.

    "Kapan-kapan, kita harus makan malam bersama," kata Zhongli. "Ada banyak hal yang harus kita bicarakan."

    Sangat jelas. Zhongli marah.

    Sama seperti ibu Keqing atau ibu Ajax yang mengajak mereka makan malam hanya untuk mendapat ceramah panjang tentang kesalahan mereka. Meja makan malam adalah medan perang bagi mereka yang sudah sering mengalami itu. Keqing hanya bisa mengangguk pelan.

    "Yok gaes, durasi durasi," kata Kaeya.

    "Santai aja, kan yang bayar gedung Thoma sama Ayato," canda Ajax yang dihadiahi tusukan siku mematikan dari Thoma.

    Ayato berdiri di samping Thoma. Di samping kirinya ada Ayaka. Lalu di samping kanan Thoma ada Kaeya. Di belakang Kaeya berurutan ke samping ada Zhongli, Ajax, dan Keqing. Diluc masih sibuk mencicipi kue yang dihidangkan.

    Ajax tidak mengerti, kenapa dia harus berdiri di antara dua wanita yang membuatnya penuaan dini. Keqing yang ingin masuk ke dalam frame kamera seperti sengaja mendempet Ajax. Dia tidak masalah, hanya saja Zhongli juga ada di sini. Ajax tidak tahu harus menaruh tangannya di mana, apalagi dengan dada besar wanita itu yang menekan lengannya. Tapi kemudian, Zhongli memeluk lengan Ajax dengan miliknya, menautkan jemari dengan Ajax. Ia juga menyandarkan kepala di pundak Ajax, bermanja padanya. Pemuda itu semakin grogi jadinya. Keqing yang melirik ke belakang langsung merinding, Zhongli seperti sengaja memberinya peringatan untuk tidak mendekati Ajax lagi.

    "Tiga, dua, satu"

    Hitung mundur untuk mengakhiri hidup Ajax.
    Tap to full screen .Repost is prohibited
    😭💞💞💞💕💘🌋👏👏👏😍🇪👍💞💞💕💖💴👏😍💖💖❤👏💖🙏🇪🇱🇱👍🍌🇪😍😍🙏😂😂😂😂😂😂😂😂😂☕😂😂😂😂😂😂👍☺👏💜😍💴❤❤
    Let's send reactions!
    Replies from the creator

    recommended works