In Which I Tried to Write in My Mother TongueInspiration: https://twitter.com/ThunderKALEL/status/1668673952196202497/photo/1

Warning: vague plot

------------------------------------------------------------------------------

“Ternyata seperti ini.”

Jari-jari Daybit bergerak menelusuri paha kanan Tezcatlipoca. Tepatnya, dia meraba tepat di bagian paha yang sekarang tidak menyisakan apa pun selain bekas potongan berwarna hitam mengilap. Serangan mendadak yang dilancarkan para Deinos liar beberapa waktu yang lalu lebih parah daripada yang selama ini terjadi; sesuatu yang lolos dari perhitungan si pemuda bermata ungu. Selama beberapa saat, dia bisa menangkis rahang-rahang mereka yang penuh gigi tajam dengan bantuan ‘teman-teman’nya. Tapi, para Deinos itu terus mendesaknya mundur ke satu titik di hutan yang amat terpencil hingga punggungnya menabrak sebuah pohon besar.

- これはポカニキの一人称視点で書かれています。
- デくんは登場しないが、デテのヒントはある。

***

You asked me about acrylic standees I’d say they’re awesome.

Y’know, it was common for people of the past to sculpt effigies to represent gods. They picked a huge lump of clay and made small figurines out of it, following their wizened priests’ guidance on picking shapes that best represented the divine beings. Then, they brought those figures to the temples as part of many rituals, while some were also sold for the commoners to complete the altar in their houses. Simply put, the figurines brought a small part of divinity to protect their homes.