Recent Search
    Sign in to register your favorite tags
    Sign Up, Sign In

    kanekane

    @kanekane_bul

    ☆quiet follow Send AirSkeb request Yell with Emoji 😂 😭 👍 💖
    POIPOI 51

    kanekane

    ☆quiet follow

    Manten 3(A/N) boleh bgt siapin spotify, Nella Kharisma - Sayang 2 buat mengiringi imajinasi ttg goyangan Zhongli🏃‍♀️ tp aside from that, iramanya emng enak bgt buat goyang🚶🏻‍♀️dangdut, genre dimana lirik galau pun bisa dibuat goyang
    -----
    Setelah meeting sialan yang diadakan di hari Sabtu pagi itu selesai, Ajax menginjak gas melajukan mobilnya ke alun-alun kota sebelah. Ketika melihat reklame wajah Ningguang semakin banyak berjejeran, Ajax tahu dia semakin dekat dengan tujuan. Sesampainya di sana, Ajax kesulitan mencari tempat parkir karena GILA SAJA, fans Zhongli memang tanpa tanding. Bus-bus pariwisata dengan stiker wajah dan nama Zhongli terparkir di seisi parkiran hingga ke jalan. Motor sampai berantakan membanjiri toko-toko sekitar. Mereka yang mengenakan kaos merchandise Zhongli berjubel di lapangan yang panas. Sebenarnya tidak hanya Zhongli saja, ada juga fans Mbak Nana (Gorou), Ei, Shenhe, dan Yunjin. Tapi masih lebih banyak fans Zhongli. Sampai-sampai banner di atas panggung menampilkan wajah Zhongli, bukan Ningguang sebagai orang yang mengadakan acara.

    Benar-benar seperti konser solo Zhongli.

    Ajax memarkirkan mobilnya di gang sempit sepi yang tak dilewati siapapun. Mobil semewah itu diperlakukan seperti pick-up bobrok demi gebetan. Ajax menghela napas kasar, dia harus mempertimbangkan lebih sering memakai motornya daripada mobil yang memakan banyak tempat.

    Ajax melepas dasi dan melempar jasnya sembarangan ke jok belakang. Lengan kemeja digulung hingga siku, kancing kerah yang menyekik lehernya dilepas. Ajax merasa lebih lega. Rambut disisir seadanya, dia tidak punya banyak waktu sebelum acaranya selesai. Tiba-tiba ada yang mengetuk jendelanya. "Bro, gimana sih, gebetannya konser malah dateng telat."

    "Sori sori ada meeting."
    "Lah lo kan bosnya, batalin kek."
    "Gak bisa bro, meeting ini yang minta nyokap gue."
    "Oh iya, lo kan masih calon bos. Sekarang masih anak mami."
    "Cocotnya."

    Mereka berlari ke bawah salah satu pohon di mana Ayato sudah duduk sambil menyedot boba. Ia tampak bosan karena Thoma tidak bisa datang. Sementara itu, adiknya menyambut dua sahabat kakaknya dengan riang. "Mas Kaeya, Mas Ajax, lama gak ketemu"

    "Eh Ayaka ngapain di sini Gak kepanasan" tanya Ajax.

    "Kebetulan aku ada tugas jurnalistik, Mas. Niatnya mau ngeliput di sini. Temenku, Yoimiya, lagi ngerekam di sana." Ayaka menunjuk ke kejauhan. Seorang gadis pirang ponytail terlungkup di atas rumput lapangan, sepertinya ingin merekam kumpulan fans dari sudut bawah. Dedikasi yang sangat besar. Ayaka pun berpamitan untuk lanjut mengerjakan tugasnya.

    Ayato membuang gelasnya yang sudah kosong ke tempat sampah. "Lo nanti mau ketemu Zhongli kan Bawa adek gue sekalian dong. Lumayan kan kalo bisa wawancara di backstage."

    "Bisa, nanti gue kabarin kalo Zhongli udah ngebolehin ke backstage."

    Ayato yang sejak awal kurang tertarik dengan musik dangdut memilih untuk cicip kuliner di sekitar alun-alun. Saat event besar seperti ini, kios di alun-alun bertambah banyak dan menjual variasi makanan. Ajax dan Kaeya pun pergi bergabung dengan penonton lainnya.

    Dan itu perjuangan yang sangat besar.

    Saat mereka menemukan tempat yang cukup dekat dengan panggung, Ei sudah selesai menyanyikan lagunya. Ajax was-was kalau-kalau acaranya sudah selesai. Dia takut mengecewakan Zhongli karena tidak menonton penampilannya. Tapi ketakutannya langsung sirna saat drum dan gitar mulai mengalun lagi. "Mbak Lili, Wangsheng Record, Liyue" ujar Kazuha penuh semangat.

    Fans langsung menggila di sekitar Ajax dan Kaeya. Mereka semakin berdesakan karena orang-orang melompat gembira saat nama Zhongli dipanggil. Alunan angklung dan gamelan membuka lagu itu. Melodi seruling pun menyusul dan Ajax sangat tahu siapa yang memainkannya. Xiao menatap tajam ke arah penonton saat ibunya mulai melangkah ke atas panggung.

    Ajax ternganga.

    Zhongli tidak mengenakan kebaya modern seperti saat Ajax pertama kali melihatnya. Tanktop dengan ukuran pas melekat di tubuhnya, mencetak jelas dada montoknya. Sebagai outer, Zhongli mengenakan kemeja kampanye Ningguang yang tidak dikancingkan, tapi diikat ujungnya seperti pita. Lalu panggulnya dipeluk erat oleh rok lipit pendek sepaha. Setiap kali dia berjalan, rasanya seperti mengintip surga. Rambut hitam Zhongli digerai begitu saja, membuatnya terlihat sangat muda seperti remaja. Ajax tidak heran kalau Xiao ekstra sangar hari ini, dia tidak ingin ibunya diterkam oleh monyet liar.

    [Nella Kharisma - Sayang 2]
    "Cobo rungokno tembang kangenku iki (Coba dengarkan, lagu kangenku ini)
    Dewi asmoro tulung omongno (Dewi asmara tolong katakan padanya)
    Aku isih ngenteni (Aku masih menanti)
    Ombak segoro (Ombak lautan)
    Kok sajak ngelingake (Seperti mengingatkan)
    Nambahi kangenku soyo gedi (Menambah kangenku semakin besar)
    Nganti kepati-pati (Hingga terasa sesak)."

    Ajax menahan napasnya saat Zhongli bernyanyi sambil tersenyum seperti itu. Seakan dia memang sedang menantikan seseorang nan jauh di sana. Manik madu yang memandang jauh, penuh oleh rasa cinta. Rindunya yang bertambah besar, terpantul jelas dalam tatapan itu. Siapapun yang sedang dirindukan Zhongli adalah orang paling beruntung di dunia.

    Hingga Zhongli mengangkat salah satu tangannya, membelakangi penonton, dan masuk ke bagian reff.

    "Andaikan sayangku saiki iseh ono neng kene (Andaikan sayangku sekarang masih ada di sini)
    Kita akan s'lalu memadu cinta
    Bungah ing atiku, sedih ing atiku (Senang di hatiku, sedih di hatiku)
    Hanya dalam mimpi."

    Ajax nyaris meledak pembuluh darah di hidungnya. Kalau bukan karena Kaeya yang menahan tubuh Ajax, dia sudah jatuh terkapar dengan mimisan di tengah lapangan. Zhongli yang itu, Zhonglinya yang manis dan malu-malu itu, menggoyangkan pinggulnya mengikuti irama musik yang cepat, SANGAT SEDUKTIF Ulangi sekali lagi, sangat seduktif Ajax masih memproses bagaimana panggulnya bisa bergerak lentur seakan memiliki nyawa sendiri. Itu pun tidak mengganggu suara bernyanyinya sama sekali. Pantatnya yang semok berguncang manis saat pemiliknya bergoyang. Ditambah lagi rok pendeknya yang seperti sengaja membiarkan paha atas Zhongli mengintip penonton.

    ATAU SEBALIKNYA

    Reff itu masih berlanjut.

    "Rino lan wengi moto iki angel diaremake (Siang dan malam mataku ini sulit dipejamkan)
    Mung lam-lamat, esem lan manismu (Trus teringat, senyum dan manismu)
    Kapan ku bertemu sak kedep ing moto (Kapan ku bertemu sekedip mata pun)
    Wes marem atiku (Sudah lega hatiku)."

    Selanjutnya, Ajax sudah ikut bergoyang bersama penggemar lain. Lupa untuk menahan girangnya yang berasal dari reaksi purba hewan jantan terhadap betina yang menggodanya. Xiao yang melihat om-om itu ikut bergoyang di antara penonton lain, hanya bisa menepuk jidat. Seharusnya dia tidak lembut pada Ajax hanya karena Zhongli juga menyukainya. Ujungnya Ajax sama seperti om-om lain.

    Setelah Zhongli selesai menyanyikan lagu itu, Kazuha menyelingi dengan pesan dan kesan serta ucapan terima kasih pada Ningguang yang mengundang mereka. Tak lupa, Kazuha mempromosikan Ningguang yang akan maju pemilihan gubernur. Caranya menarik perhatian massa dan membakar semangat orang-orang sangatlah kharismatik. Tak heran kalau Kazuha menjadi MC andalan Wangsheng. Selain penampilannya yang muda dan menyegarkan, kharismatik, ia juga pintar komunikasi publik. Ajax bersyukur Kazuha tidak menjadi saingannya memperebutkan Zhongli.

    Acara itu dijeda saat memasuki tengah hari untuk istirahat dan ibadah. Ajax bertukar pesan dengan Zhongli sekaligus minta izin untuk Ayaka bisa meliput belakang panggung. Zhongli mengizinkannya asal Ayaka dan temannya tetap menjaga etik. Yoimiya dan Ayaka yang mendengar itu langsung melompat kegirangan. Mereka berjalan mengikuti Ajax di belakangnya seperti anak ayam, meninggalkan Ayato yang kekenyangan dan ketiduran di salah satu kursi panjang kios makanan. Kaeya duduk di meja yang sama dengan Ayato, mengipasi dirinya yang kepanasan.

    Meskipun namanya 'backstage', mereka pergi ke salah satu bangunan di pinggir alun-alun. Di sana ada beberapa ruangan yang berisi bermacam peralatan. Sepertinya para penyanyi istirahat di ruang rias. Setelah menyapa Itto yang sedang melahap makan siang di tempat jaganya dan menjempol Ajax sebagai tanda izin, Ajax dan dua gadis itu masuk ke ruang rias.

    Aroma riasan wajah seperti toner dan foundation, body lotion dan make up lain mulai menerpa hidung Ajax. Dia familiar dengan aroma ini karena saat pernikahannya, para penata rias membawa sekotak besar alat make up yang aromanya langsung semerbak. Dan karena mereka merias Ajax di ruang tertutup, rasanya sangatlah sesak dan panas. Beskap yang memeluk tubuhnya membatasi gerakan Ajax. Begitu juga dengan kain jarik yang membungkus kakinya, serta keris di punggungnya, Ajax pertama kali merasakan neraka karena tidak bisa bergerak bebas. Dia juga agak tidak suka karena mata biru serta rambut merahnya tidak cocok dengan nuansa antik dan sakral pakaian adat Jawa. Tapi semua itu terbayarkan saat melihat pengantin wanitanya dengan kebaya beludru hitam dan bros susun tiga yang menghiasi kutu barunya berkilau di bawah lampu gedung. Rambutnya digelung dan dihiasi sanggul serta bunga-bunga warna kuning. Ia tersenyum memandang Ajax penuh cinta, meskipun tampak lelah, namun kebahagiaan yang memenuhi hatinya mengalahkan segalanya. Ajax menggenggam tangannya, mereka menghadapi hari yang panjang itu bersama-sama.

    Namun saat Ajax menoleh untuk melihat senyum itu lagi, darah dan air mata memenuhi pandangannya. Bunyi guntur dan hujan yang lebat menusuk telinganya. Musik yang awalnya mengalun indah pun menghilang, digantikan oleh teriakan dan makian. Ajax tersentak saat sebuah tangan menyentuh pipinya. Kehangatan langsung mengalir, meredakan syok Ajax, menghentikan keringat dingin yang merambat ke luar pori-porinya.

    "Mas Ajax"

    Zhongli mengelus pipi dan dahi Ajax, memastikannya tidak sedang sakit. Yoimiya dan Ayaka juga khawatir karena Ajax tiba-tiba saja berdiri terpatung, melamun sendiri tanpa merespon panggilan Zhongli. "Mas Ajax kenapa Kecapekan Mau saya pesenin teh anget" tanya Zhongli sekali lagi.

    "Oh, engga kenapa-kenapa. Kamu udah makan siang Aku bawa sesuatu."

    "Makasih, mas, ini lagi makan. Mas Ajax mau juga Masih banyak nasi kotak yang sisa. Adek-adek ini kalo mau juga boleh ambil, loh." Mata Yoimiya dan Ayaka berbinar, mereka belum sempat makan sejak tadi pagi. Tapi sebelum mengambil nasi kotak di kardus, mereka meminta izin untuk mewawancarai Zhongli. Biduan populer itu tersenyum ramah mengizinkan. Mereka makan siang bersama lalu dilanjut sesi wawancara. Mengejutkan bagi Ajax karena Zhongli punya jiwa seorang bintang. Kalau saja dia direkrut agensi yang lebih besar, Zhongli pasti bisa menembus industri musik yang lebih luas lagi, bukan sekedar biduan lokal.

    Oh, tapi Ajax ragu Xiao akan mengizinkannya.

    Yoimiya dan Ayaka cukup tahu diri untuk langsung meninggalkan Zhongli berduaan dengan Ajax. Tidak benar-benar berduaan karena masih ada staff lain yang istirahat di sana, tapi setidaknya mereka punya ruang untuk bicara empat mata. Saat menyadari itu, Ajax malah grogi jadinya.

    "Mas Ajax ke sini bareng siapa" tanya Zhongli berbasa-basi.

    "Kaeya sama Ayato. Kebetulan adeknya Ayato sama temennya juga dateng."

    Zhongli tersenyum kecil. "Teman yang pernah Mas Ajax ceritakan ya. Lebih tepatnya sering, sangat sering. Kenapa engga sekalian diajak ke sini Saya pengen ketemu mereka."

    "Pfft, boro-boro, yang satu tepar kekenyangan. Yang satu kepanasan."

    "Atau mereka sengaja ngirim Mas Ajax ke sini sendirian, hahaha."

    Pipi Ajax memerah. Kalau diingat, mau bagaimana pun juga, umur mereka terpaut sangat jauh. Ajax masih di awal usia 20 tahun, sedangkan Zhongli sudah menuju akhir 30, dewasa dan berpengalaman. Mungkin di mata Zhongli, Ajax hanya bocah kecil yang mengaguminya. Karena itu juga, Zhongli sangat santai menggoda Ajax. Baginya, reaksi Ajax sangat lucu untuk disaksikan.

    "Mbak Lili nanti pulangnya pake apa" tanya Ajax yang mencari topik pembicaraan.

    "Seperti biasa bareng temen-temen yang lain pakai minibus. Emangnya kenapa, Mas"

    "Yahh, kali aja kita bisa makan malam dulu atau jalan-jalan belanja. Tapi pasti udah capek ya nanti ehehe."

    "Ahahaha, sebenernya engga apa-apa. Tapi saya pengen secepetnya pulang, kasihan dek Hutao pasti capek seharian ngurus Qiqi. Mana Qiqi paling rewel kalo sama Hutao."

    "O-oh... Okedeh. Mungkin kapan-kapan Sekalian bawa Qiqi juga gapapa. Biar Qiqi kenal sama calon papa barunya hehehe."

    "Aduh Mas Ajax bisa aja, ahahaha."

    "Apa sih yang gak bisa dari aku."

    "Sumpit"

    "Yah kalau itu udah beda..."

    Setelah beberapa saat keheningan, Ajax pun memberanikan diri untuk bertanya. "Anu... yang di atas panggung tadi..."

    "Goyangannya"

    Ajax menggigit bibir. Dia tidak menyangka kalau Zhongli setenang itu mengerti apa yang Ajax maksud. Zhongli tertawa kecil, "Bonus."

    "Buat siapa"

    "Calon papa Qiqi," bisik Zhongli. "Terima kasih sudah datang."

    Zhongli melanjutkan pekerjaannya dan Ajax kembali bergabung dengan dua temannya. Kepalanya masih error.exe mencerna apa yang baru saja Zhongli katakan. Dia menjambak rambutnya sendiri dan berteriak tanpa suara. 'Kalau mau ngasih bonus ke gue, ya pas kita berdua aja jangan bagi-bagi ke orang lain' pikir Ajax. Wajahnya masih semerah tomat. Sangat tidak menyangka kalau Zhongli akan mempermainkannya seperti itu.

    Kali ini Ayato ikut ke dalam kerumunan dan perlahan mengerti letak nikmatnya dangdut. Tentu saja bukan karena biduan janda yang bernyanyi di sana, lebih ke alasan musikalitasnya.

    "Yang bilang ga suka dangdut..."
    "Malah goyang paling mantul."
    ----

    (A/N) menurutku suara mbak nella cocok buat mbak li😩🙏
    Tap to full screen .Repost is prohibited
    💴🙏💕💴💴🙏🌋🇴🇱🇪😭😭💘💘😭😭😭💖❤😭😭😍😍😍👍💴💴💴😭💴💴💴💴💴💴💖💖💖👏😍😍😍😍😍❤💗💖💖💖💖💖❤❤❤❤❤❤❤❤
    Let's send reactions!
    Replies from the creator

    recommended works