Recent Search
    Create an account to bookmark works.
    Sign Up, Sign In

    eaureka

    ☆quiet follow Send AirSkeb request Yell with Emoji 💖 👍 🎉 😍
    POIPOI 29

    eaureka

    ☆quiet follow

    *Is Indonesian*
    *Barely writes in Indonesian*

    #DayTez
    #デイテス
    dates.
    #InIndonesian
    #Rehab
    #InspiredByFanart

    In Which I Tried to Write in My Mother TongueInspiration: https://twitter.com/ThunderKALEL/status/1668673952196202497/photo/1

    Warning: vague plot

    ------------------------------------------------------------------------------

    “Ternyata seperti ini.”

    Jari-jari Daybit bergerak menelusuri paha kanan Tezcatlipoca. Tepatnya, dia meraba tepat di bagian paha yang sekarang tidak menyisakan apa pun selain bekas potongan berwarna hitam mengilap. Serangan mendadak yang dilancarkan para Deinos liar beberapa waktu yang lalu lebih parah daripada yang selama ini terjadi; sesuatu yang lolos dari perhitungan si pemuda bermata ungu. Selama beberapa saat, dia bisa menangkis rahang-rahang mereka yang penuh gigi tajam dengan bantuan ‘teman-teman’nya. Tapi, para Deinos itu terus mendesaknya mundur ke satu titik di hutan yang amat terpencil hingga punggungnya menabrak sebuah pohon besar.

    Sesaat, Daybit menduga tidak akan ada jalan keluar dan dia terpaksa harus mengerahkan sisa tenaganya untuk memanggil ‘sesuatu’ dari galaksi nun jauh di sana.

    Lalu, sebuah kaki hitam legam menghujam rahang bawah seekor Deinos yang siap memangsanya.

    Tezcatlipoca, Servant-nya, datang di saat yang tepat.

    Pertarungan mereka berlangsung sengit. Pada satu titik, seekor Deinos berhasil menangkap kaki kanan Tezcatlipoca dan meremukkannya di antara taring-taringnya yang tajam. Untungnya, itu adalah Deinos terakhir yang masih bertahan. Dengan satu serangan terakhir, Daybit melumpuhkan Deinos itu dan melemparkannya ke jurang. Krisis sudah berlalu, sekarang tinggal memeriksa kondisi Servant-nya.

    Sejujurnya, baru kali ini Daybit melihat bagaimana bentuk kaki kanan Tezcatlipoca saat patah. Sang dewa sebenarnya tidak lagi memiliki kaki kanan. Sebagai gantinya, dia menciptakan kaki prostetik dari batu obsidian yang dia gunakan sebagai alat bantu jalan sekaligus senjata. Obsidian tampak kuat, namun juga rapuh. Dia akan patah setelah dihantam berkali-kali, tetapi bekas patahan itu setajam pisau. Di bawah sinar matahari, bekas patahan di paha Tezcatlipoca tampak mengilat seolah meneguhkan ketajamannya.

    “Oi, hati-hati. Tanganmu nanti tergores,” kata Tezcatlipoca mengingatkan saat pemuda itu mendekatkan tangan ke pahanya.

    Pria berambut pirang panjang itu masih duduk bersandar di pohon tempat Daybit dipojokkan oleh para Deinos tadi. Lengan kirinya melingkar lemas di bahu Daybit dan parasnya tampak pucat. Kehilangan kaki kanan sama dengan kehilangan hampir sebagian besar kekuatan sihirnya. Tidak ada lagi sesuatu yang menangkap cahaya matahari, sumber kekuatan sekaligus memento asal-usulnya dahulu sebagai matahari pertama.

    “Tenang. Aku sudah terbiasa,” balas Daybit kalem. Dia perhatikan permukaan hitam legam pada bagian yang terpotong itu. Sebuah garis patahan menjalar dari tengah ke tepi seperti sungai kecil. Si pemuda menelusuri garis itu dengan telunjuknya. Gerakannya itu membuat sang dewa berjengit dan gemetar hingga mengertakkan gigi.

    “Sakit”

    “Heh, gak biasanya kamu peduli,” sindir Tezcatlipoca sambil menyeringai. Seringai yang muncul dari rasa sakit sekaligus perasaan terhibur.

    “Kalau sampai Servant-ku mati sebelum rencanaku berjalan, bakal repot.”

    “Sudah kuduga jawabanmu bakal begitu.”
    Tap to full screen .Repost is prohibited
    Let's send reactions!
    Replies from the creator

    related works