Recent Search
    Create an account to secretly follow the author.
    Sign Up, Sign In

    kanekane

    @kanekane_bul

    ☆quiet follow Send AirSkeb request Yell with Emoji 😂 😭 👍 💖
    POIPOI 51

    kanekane

    ☆quiet follow

    Manten 4Lagu tema untuk Keqing adalah Wegah Kelangan by Jihan Audy :") selamat berangst ria🏃🏻‍♀️
    ------
    Ajax selesai menyedot debu di rumahnya saat Keqing tiba. Wanita itu menggerai rambutnya di atas pundak, mengenakan bandana hitam di atas kepalanya. Blus putih dan celana kulot hitam, sepertinya punya agenda kerja hari ini. Heelsnya mengetuk halaman rumah Ajax, semakin terdengar saat Keqing sampai di depan pintu. Mereka hanya berdiri saling tatap untuk sesaat.

    "Pagi, Jax."
    "Pagi, Qing."
    "Pagi, gaes."

    Keduanya menoleh pada Kaeya yang sudah duduk di ruang tamu Ajax. Hanya berkaos bola dan boxer desain mencolok, muka kusut bangun tidur. Keqing menutup mulutnya dalam keterkejutan. "Ajax... Jadi ini yang kamu maksud aku belok kanan kamu belok kiri Tapi gak nyangka kamu beloknya sama Kaeya..."

    "Ga gitu" teriak mereka berdua, histeris.

    Akhirnya mereka bertiga duduk di ruang tamu, menyeruput teh yang Ajax suguhkan. Kaeya bercerita kalau dia lagi kabur dari Diluc, makanya nginep di rumah Ajax. Keqing hanya tertawa kecil menanggapi drama Kaeya dan Diluc. Ia kemudian beralih menatap Ajax yang tidak henti-hentinya menyeruput teh untuk menghindari kontak mata dengan Keqing.

    "Jax." Keqing melempar tatapan 'kenapa lo nyimpen ini beruk pas gue dateng, sengaja ya'

    Tapi Ajax hanya berdehem.

    "Oh, oh, anggep aja gue gak ada di sini, gue cuma obat nyamuk," kata Kaeya kemudian menyalakan televisi.

    Keqing sekali lagi menatap Ajax. Setelah satu dan dua helaan napas, Keqing berkata, "Kayaknya aku salah..."

    "Emang."

    "Cepet banget jawabnya."

    Keqing memainkan ujung rambutnya, wajah sedikit memerah. "Kira-kira, bisa gak kita coba lagi Ah tapi gak usah sungkan kalo emang gak bisa."

    Ajax menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Ia mencari kata-kata yang pas untuk menjawab Keqing. Pasalnya, tak bisa dinyana kalau Ajax juga masih punya setitik harapan untuk memperbaiki masa lalu. Ketika diingat lagi, pertengkaran-pertengkaran hebat itu terasa bodoh. Mereka bisa saja duduk membicarakannya dengan tenang daripada saling melempar makian. Mereka sama-sama disetir egoisme dan berakhir saling menyakiti. Rasa cemburu dan obsesi berlebihan telah menghancurkan tali yang mengikat cinta mereka.

    Kini kalau mengingat lebih jauh lagi, dada Ajax terasa perih. Dia dan Keqing sudah bersama sejak SMP. Sudah seharusnya dia paham segala watak Keqing. Bagaimana gadis itu sangat ambisius dan sering memaksakan diri. Bagaimana dia malu-malu memberi perhatian pada orang yang disayang. Bagaimana dia sulit berkata jujur, namun sebenarnya sangat penyayang. Ajax merasa dia berhasil mengatasi semua itu saat pacaran. Tapi tak disangkanya, 10 bulan pernikahan dan mereka berpisah. Hubungan yang dibangun selama 7 tahun malah hancur berantakan dalam pernikahan. Tragis.

    Kalau bertanya siapa yang patut disalahkan, Ajax akan menjawab takdir. Dia dan Keqing punya kompatibilitas yang tinggi. Akan tetapi di saat yang bersamaan, mereka punya ketidakcocokan yang tinggi juga. Pernikahan itu mengupas sifat asli mereka. Seperti bagaimana Ajax punya sumbu pendek, sedangkan Keqing orangnya sulit jujur. Saat salah paham terjadi, bisa saja bukan hanya mereka yang terluka, tapi juga orang lain. Mungkin saat pacaran, ada banyak orang yang bisa membantu mereka. Kaeya dan Thoma akan selalu ada untuk mendengar curhatan Ajax. Tapi setelah menikah, kehidupan cinta mereka adalah milik mereka saja, orang lain tidak bisa keluar masuk sesukanya. Karena tidak bisa menyelamatkan diri sendiri dan satu sama lain, mereka berakhir tenggelam dalam perceraian. Kertas yang Keqing sodorkan sore hari yang berhujan itu adalah gong kematian Ajax.

    Jantung Ajax berdenyut pedih saat ingat momen itu. Matanya dengan gelisah melihat ke arah dahi Keqing. Bekas jahitan yang sudah memudar membuat alis kanannya terbelah. Bahkan meskipun Keqing menutupnya dengan pensil alis dan make up, bekas itu masih sangat kentara.

    Ajax yang membuat luka itu.

    Keqing menyadari tatapan Ajax dan segera menyisir poninya dengan jari untuk menutupnya. Dia tahu Ajax masih kepikiran tentang luka itu. Keqing tidak ingin membebani hidup Ajax dalam rasa bersalah.

    "G-gimana"
    "Gak bisa. Gak bisa, Keqing."
    "Oh..."

    Air mata berkumpul di pelupuk Keqing. Ajax dan Kaeya refleks ingin mendekati untuk menenangkannya. Tapi Keqing secepatnya mengangkat tangan, meminta mereka untuk tidak melakukan apapun. "Udah ada orang lain ya"

    Ajax tidak bisa menentang fakta itu. Tapi dia juga masih belum melangkah jauh dengan Zhongli. Dia masih berada di tengah jalan yang memungkinannya untuk kembali ke pelukan Keqing. Tapi entah mengapa, Ajax tidak punya keberanian itu. Dia tidak ingin ada luka lain di hati dan raga Keqing. Kalaupun kembali, Ajax hanya ingin dosanya dihakimi sepantasnya. Mata dibalas mata, gigi dibalas gigi. Ajax ingin tidur nyenyak tanpa dihantui monster dalam dirinya yang tega melukai Keqing.

    "Denger, aku ke sini memang untuk mengajakmu kembali. Kalau mau, kita bisa menikah lagi. Kalau tidak..."

    Keqing menggigit bibir. Suaranya bergetar.

    "Tidak masalah, aku akan datang ke pernikahanmu." Senyum Keqing meskipun air mata menghiasi pelupuknya.
    -----
    Tap to full screen .Repost is prohibited
    😭😭😭😭😭👏👏👏👏😭😻😭💞☺💘🙏😍😍❤💗😭😭😭😭👏👏😭😭👏🇱🇱☺😻😭💜🇱😭💒😭😭😢😢💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖😍🍌❤❤❤❤🍑
    Let's send reactions!
    Replies from the creator